Wednesday, November 11, 2009

AGING AND MATURITY


There is great difference between 'maturity and aging'.., a vast difference, and people always remain confused about it. People think that to age is to become mature.., but remember!.. 'Aging' belong to the 'body'.

Everybody is aging, everybody will become old, but not necessarily mature... 'Maturity is inner growth'.
Aging is nothing that you do, aging is something that happens physically. Every child born, when time passes, becomes old. Maturity is something that you bring to your life.., it comes out of awareness:

"When a person ages with full awareness, he becomes mature. Aging plus awareness, experiencing plus awareness.., is maturity."

You can experience a thing in two ways. You can simply experience it as if you are hypnotized, unaware, not attentive to what is happening.., the thing happened but you were not there. It didn't happen in your presence, you were absent. You just passed by, it never struck any note in you. It never left any mark on you, you never learned anything from it. It may have become part of your memory, because in a way you were present, but it never became your wisdom. You never grew through it... Then you are aging... Please remember!

But if you bring the quality of awareness to an experience, the same experience becomes maturity. There are 'two' ways to live:
"One, to live in a deep sleep.., then your age, every moment you become old, every moment you go on dying that's all. Your whole life consists of a long, slow death".

But if you bring awareness to your experience.., whatsoever you do or happens to you... You are alert, watchful, mindful, you are savoring the experience from all the corners, you are trying to understand the meaning of it, you are trying to penetrate the very depth of it, what has happened to you, you are trying to live it intensely and totally... Then it is not just a surface phenomenon. Deep down within you something is changing with it. You are becoming more alert. If this is a mistake, this experience, you will not commit it again.

A mature person never commits the same mistake again. But a person who is just old goes on committing the same mistakes again and again... He lives in a circle, he never learns anything. You will be angry to day, you were angry yesterday and tomorrow, you are going to be angry and the day after tomorrow also. Again and again you get angry, again and again you repent, again and again you make a deep decision that you are not going to do it again.

But the decision makes no change... Whenever you are disturbed the rage takes over, you are possessed, the same mistake is committed... You are aging!
Maturity is most fundamental. It is a rhythm between opposites. You cannot be happy forever, otherwise happiness will lose all meanings. You cannot be in harmony forever, otherwise you will become unaware of the harmony. Harmony has to be followed by discord again and again and happiness has to be followed by unhappiness. Every pleasures has its own pain, and every pain has its own pleasure. Remember!..

"Unless one understands this opposites
of existence, one remains in unnecessary misery".


Accept the total, with all its agonies and all its ecstasies. Don't hanker for the impossible, don't desire that there should be only ecstasy and no agony. Ecstasy cannot exist alone, it needs a contrast... Remember!

Agony becomes the blackboard, then ecstasy becomes very clear and loud, just as in darkness of night, the star are so bright. The darker is the night, the brighter are the stars. In the day, they don't appear and don't disappear.., they simply become invisible. You cannot see them because there is no contrast.

'Death defines life... Aging defines maturity'. Gives it a kind of intensity, because life is fleeting. Each moments become precious.., next moment there is death, you have to plunge into the present moment.

You have to go to its ultimate depth because who knows? The next moment may come, may not come. Seeing this rhythm one is at ease, at ease with both.
When unhappiness comes one welcomes it, when happiness comes one welcomes it, knowing that they,
"are partners in the same game".

This is something that has to be continuously remembered. If it becomes a fundamental remembrance in you.., you becomes matured, your life will have a totally new flavor... You remain still, silent, accepting.
Matured person, is capable of being still, silent, accepting, pain, frustration and misery, transforms the very quality of misery itself. To him, misery also becomes a treasure.., to him even pain gives a sharpness. To him, even darkness has its own beauty, depth. To him, even death is not the end but only a beginning of something unknown.

Mature person are very strange, because maturity gives a sense as if he has experienced, as if he is aged old.... Physically he may be old, but spiritually, he is an innocent gained through life. To me, maturity is another name for realization. You have come to the fulfillment of your potential, it has become actual. The seed has come on a long journey and has blossomed.

Maturity has a fragrance. It gives a tremendous beauty to the individual. It gives intelligence, the sharpest possible intelligence:

"It makes him nothing but love. His action
is love. His death is love. He is just 'flower of 'LOVE'".



From Empty Hands,
A. Rahman Bin Mahadi
Labis Johore
016-6020321

15 NOVEMBER 2009

Next Topic :1. "Seluruh Dunia Ini Adalah Illusi"

2. "Let All The Noble Human Qualities Shine
Within You"

5 comments:

  1. Saudara: Empaty Hand

    Pada 1 November 2009 berita penahanan Dr. Mohd Asri Zainul Abidin baru-baru ini telah mengejutkan kita semua, sebelum Ustaz Asri, Dr. Abdullah Yasin juga pernah ditahan atas kesalahan yg sama iaitu atas dakwaan memberi ceramah agama tanpa tauliah dan Ramai lagi tokoh-tokoh agama lain turut berdepan tindakan yang sama;

    Soalan:

    1. Apakah yg telah berlaku diantara ahli-ahli ilmuan kita yg kita sandarkan harapan untuk membimbing kita kearah islam, masing-masing bertelingkah sesama mereka atas nama agama dan pendapat?

    2. Apakah perbezaan pendapat di antara mereka akan memberikan kesan secara langsung kepada masyarakat kita?

    3. Adakah pertelingkahan antara mereka ini akan menyebabkan wujudnya perpecahan antara umat islam di negara ini, samaada yg menyokong Dr Asri mahupun yg menyokong JAIS?

    4. Apakah keperluan tauliah ini terlalu besar sehinggakan mengatasi tanggungjawab kita untuk berdakwah kepada masrayakat, sekalipun masyarakat sendiri telahpun mengetahui tentang latarbelakang ilmuan tersebut dan adakah cara memberikan tauliah ini diajar oleh Nabi SAW?

    5. Apakah sifat-sifat yg mendorong kita manusia, yg bolah dikaitkan dengan perkara tersebut?

    6. Bagaimanakah cara yg terbaik untuk kita selesaikan pertelingkahan ini?

    ReplyDelete
  2. Untuk Bumi Nan Basah;

    1. Jawapan Soalan Pertama.

    Untuk pengetahuan saudara, jawapan kepada semua soalan anda 'tidak akan membuat saya memihak kepada sesiapa' cuma saya akan menjawab kerana saya berada di dalam jawapan saya sendiri, dan kepada saudara yang menyoal serta sidang pembaca yang lain-lainnya, di harap dapat membaca 'secara akal dan hati yang terbuka'.

    Bumi Nan Basah Yang Budiman!

    Sejarah manusia memang suatu tragedi, sejak lama dari anak cucu Adam. 'Atas nama agamalah, atas nama jawatan dan kedudukanlah, atas nama Islam dan masjidlah, dan atas nama ilmuanlah' maka tragedi yang tidak diingini itu berlaku.
    Pada saya, tragedi yang berlaku tidaklah begitu kompleks, kerana kita tidak perlu pergi jauh untuk mencari dan memahaminya. Semuanya itu terdapat 'dalam diri masing-masing'.
    Sudah sejak lama dulu, manusialah yang melakukan konfliks antara manusia. Kerap saja berlaku 'perang saudara' ('civil war'). Sama ada secara saraf atau bersenjata. Kalau kita semua rasa tidak tenteram dan aman, ia bukan soal peribadi - ia sudah menjadi penyakit sosial sehingga ke institusi keagamaan.
    Dalam apa strategipun yang telah lama menjadi amalan, 'hantuk dan pecah' agar wujud 'dua buah kem' - seperti; 'materialistik dan kerohanian'. Ikut yang 'itu' atau yang 'ini'. Kalau kita tidak dapat menawan, menguasai, cari jalan sedaya mungkin; agar salah satunya mesti menang - 'pecah'.

    From Empty Hands'
    016-6020321

    ReplyDelete
  3. Kepada Bumi Nan Basah;

    2. Jawapan Soalan 2 dan 3

    Perbezaan pendapat dan pertelingkahan yang sedang menjadi tajuk bacaan umum yang tersebar di dada akhbar, bukan sahaja memberi kesan langsung dan mewujudkan perpecahan dan berpuak-puak, malah cara anda bertanyapun sudah menunjukkan indikasi anda menyebelahi siapa!

    Saudara pembaca!
    Saya menasihatkan saudara supaya jangan memihak kepada sesiapa, mereka bukannya 'malaikat'. Mereka yang dikatakan tinggi ilmu pengetahuan agamanya, adalah manusia yang punya'nafsu'. Kedua-dua pihak yang mengarah menangkap dan ditangkap pastinya berkelulusan tinggi dari kaca mata orang-orang awam yang 'jahil'. Apakah contoh yang boleh menjadi iktibar untuk sidang pembaca akhbar, menilai mereka yang dikatakan 'ilmuan dan berilmu'?
    Dalam Al-Quraan, tiada wahyu yang mengisahkan 'Wahabi', yang semua orang Islam tahu firman yang berbunyi menyeru;
    Wahai manusia! "Berpeganglah kamu sekalian kepada tali Allah, dan jangan kamu berpecah-belah!" - surah Ali'Imran, ayat 103.
    Justeru, perlukah seseorang itu berpegang kepada 'mazahab Wahabi' atau sebagainya, kalau merujuk kepada firman Allah dalam ayat 103, surah Ali'Imran?
    Pertelingkahan, perselisihan tidak seharusnya berlaku, orang beragama, tinggi ilmuan, adalah orang-orang mempunyai 'ilmu isi'. Maka konsep 'syura' mestilah didahulukan, bukannya menyebar dan memburukkan keadaan.
    Sekarang ini semuanya sudah 'tercalar', tembelangnya sudah nampak di kulit luar. Semakin banyak pertanyaan, semakin banyak hujjah, hanya akan menampilkan 'pekong' masing-masing yang hanya akan membingungkan ummat Islam.
    Setinggi manapun gelaran kita, akhirnya nanti kita akan diumpamakan seperti:
    "Sebuah masjid yang tanpa Imam",
    "Sebuah tangki tanpa air",
    "Tubuh badan yang tidak punya 'hati'", atau
    "Sebuah rumah yang tanpa cahaya".
    Apakah gunanya bergelar seorang 'ilmuan' yang tanpa 'nilai'?

    From Empty Hands,
    016-6020321

    ReplyDelete
  4. Kepada Bumi Nan Basah;

    4. Jawapan Soalan 4

    Mengenai 'tauliah', di dunia ini; pada hemat saya, undang-undang mesti di dahulu dan diutamakan, walau setinggi manapun ilmuan mereka. Soal berdakwah, kini banyak cara kita boleh menyampaikan, melalui media elektronik dan sebagainya. Cara hendak memesong akidah dan kepercayaan juga bagi yang anti-Islam, telah dan malah lebih teruk menyerang orang-orang Islam di seluruh dunia, dan tiada agensi penguatkuasaan agama mampu menangkisnya.
    Justeru, nasihat saya; bukan saja 'JAIS', malah semua agensi keagamaan di Malaysia, perlu memberi tumpuan kepada yang lebih serius, jangan nanti dikatakan orang;
    "Gajah di depan mata tidak nampak,
    tetapi tungau di seberang lautan
    kita nampak".
    Nabi Muhammad s.a.w memang tidak mengeluarkan 'tauliah' walau kepada sesiapa, kerana semasa nabi menerima wahyu di dalam 'Gua Hira'; di dalamnya tidak punya 'Universiti Islam', jauh sekali punya tenaga pengajar yang berpangkat 'PHD atau Proffesor'.
    Tetapi sumber tauliahnya adalah berupa 'empat sifat' bagi pengembang-pengembang agama selepas ketiadaannya iaitu;
    1. Siddiq - Benar
    2. Amanah - Kepercayaan
    3. Tabligh - Menyampai
    4. Fatonah - Kebijaksanaan
    Itulah tauliahnya, kepada sesiapa saja sebagai penyebar atau pendakwah, berasaskan Al-Quraan dan hadis, yang pastinya kita semua tidak terpesong dan tersesat.


    From Empty Hands,
    016-6020321

    ReplyDelete
  5. Kepada Bumi Nan Basah;

    5. Jawapan Soalan 5

    Bagi merumuskan segala persoalan anda, kalau anda tahu sifat-sifat yang mendorong kita manusia, boleh kita haluskan begini:
    Kita dapati semua masyarakat umum menganggap; asal tinggi pengajian agama seseorang, sehingga ke tahap 'Phd', maka mereka adalah 'ulamak'. Sebenarnya tidak, kerana tiada pada 'sijil' atau 'ijazahnya' menyatakan dia seorang 'ulamak'.
    Yang suci bersih, terlepas dari noda dan dosa. Serupa juga seorang 'Akauntan', yang pakar tentang ilmu Hisab atau Matematik, pada sijilnya tiada menyatakan dia seorang yang 'amanah'.
    Lebih berat lagi, bagi pengajian dalam bidang
    agama, sikap pertelingkahannya, penghujjahannya, diperhati dan diamati oleh umum, sama ada ia benar-benar seorang 'ulamak'. Lebih buruk lagi, apabila ia terdedah di dada akhbar, ulamak bangsa lain juga sedang memerhatikan perkembangan agama Islam muktahir ini.
    Untuk 'pengetahuan' Bumi Nan Basah, oleh itu tidak usah hairanlah, ikut saja perkembangan dan sifat-sifat yang mendorong kepada 'ketidaktentuan arah', dan pada akhir zaman ini,
    anda akan dapat melihat munculnya orang-orang yang bergelar 'ulamak' dengan segala kepelikan dalam apa jua bidang yang boleh mendorong kepada kehancuran pemahaman dalam era pemodenan ini, yang mana kemungkaran bermaharajalela, yang berkelulusan agama, dari pengajian tinggi dalam bidang agama semakin ramai. Adakah semua itu untuk kepentingan diri? Tanya mereka yang mengaku dirinya 'ulamak', mungkin di situ ada jawapaannya.

    For your information BUMI NAN BASAH;
    Currently, everybody is pulling on each others leg, dragging everybody into deeper darkness - into deeper mud, into deeper trouble.
    It seems in this world, everybody enjoys, only one thing - creating misery for others.
    That is why such a cloud of darkness surrounds the world.
    Thank you for questioning and sharing the knowledge.

    From Empty Hands,
    016-6020321

    ReplyDelete